Langsung ke konten utama

Playground: Naik Excavator di Kids@Work, Gandaria City

Enam bulan terakhir Ru (2.5 tahun) lagi suka banget sama yang namanya kendaraan konstruksi. Ru hafal semua nama alat-alat berat dan fungsinya. Setiap jalan-jalan dan ketemu di jalan senangnya bukan main. Ga jarang kami berhenti dipinggir jalan untuk nontonin excavator yang lagi parkir. Buku, mainan, tontonan juga semua tentang construction vehicle. Sampe saya boseeeennn. 

Dari kesukaannya ini juga kami tahu ada amusement park yang bernama Diggerland. Ru pengen sekali ke sana. Ada hari dimana dia nangis-nangis minta naik mobil dan diantar ke Diggerland. Masalahnya Diggerland itu hanya ada di Amerika dan Inggris. Sampai akhirnya dia pun pasrah menerima kenyataan kalau Diggerland itu jauh dan untuk ke sana perlu uang banyak. 

Siapa sangka tiba-tiba di Gandaria City ada playground baru bertema konstruksi, Kids@Work namanya. Walaupun ga sebesar dan sekomplit Diggerland, tempat bermain ini konsepnya sama, memberi kesempatan anak-anak mengendarai kendaraan berat. Tentu saja saya dan Bi langsung mengajak Ru ke sana. 

Ragam Permainan
Ketika masuk, setiap anak diberikan help dan rompi proyek untuk mulai bermain. Ada lima jenis permainan di Kids at Work: excavator, crane dengan capit, crane dengan hook, sandbox, dan gondola untuk membersihkan kaca. Selama masa promosi, yang sudah berakhir Desember lalu, dikenakan biaya 150 ribu dapat tiga koin untuk naik excavator dan crane serta main di sandbox dan godola pembersih kaca sepuasnya. Selain itu dapat bonus boleh bawa pulang helm atau rompi. Kabarnya setelah masa promosi biayanya 55 ribu rupiah. 

Excavator dan Crane yang ada di sini memang berukuran kecil, tapi bisa bergerak seperti alat berat yang sebenarnya. Ru tentu saja belum bisa mengendalikan sendiri, jadi dia dibantu Bi. Baru terakhir dia berani menyetir sendiri dibantu mbak pengarah. Lebih tepatnya mbaknya yang nyetir Ru cuma pegang stiknya. 

Dari semua permainan yang ada di sini, menurut saya yang paling tidak menarik adalah gondola untuk membersihkan kaca. Gondolanya diam di lantai dan tidak bisa naik seperti yang sebenarnya. Ru ga main yang ini karena daripada di sini mending di rumah aja ada banyak kaca kotor, pikir saya. 

Saya sempat khawatir Ru gamau pulang. Alhamdulillah setelah main semuanya dia mau pulang tanpa perlawanan. Besoknya di rumah seharian pake helm dan rompi proyek keliling komplek. Juga ga berhenti cerita tentang pengalamannya naik excavator dan crane. “Senang!” kata Ru. 








Moral
- Berapapun umur kita, dreams do come true. Belum punya uang untuk ke Diggerland tiba-tiba muncul playground bertema konstruksi yang ga jauh dari rumah.

BACA JUGA : Naik Excavator di Builder's Zone, AEON BSD

Komentar

  1. Serunyaaa..! Anak lanangku jg lagi suka benda2 big machine ini. Thanks infonyaa :)

    BalasHapus
  2. Berapa tiket masuknya mbak?serubanget pengen ajak anak saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. waktu saya kesana masih promo, jadi 150 untuk semua permainan. Saya ga tau skrng jadi brp.

      Hapus
  3. Per akhir agustus anak sya main disn 150 rbu utk 3 permainan

    BalasHapus
  4. Mau tanya mbak Diski, untuk lama bermainnya 1 kendaraan itu brp menit ya? thx before

    BalasHapus
  5. Wah maap saya ga begitu perhatiin berapa lamanya. menurut saya sedeng sih ga kecepetan dan ga kelamaan.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...