Langsung ke konten utama

Gyeongbokgung Palace, Seoul, Korea

15 Juli 2016
Tidak seperti kemarin, hari ini kami tidak menyewa bus dan berencana untuk berkeliling kota Seoul menggunakan subway. Kami tidak membeli tiket subway khusus karena lebih murah beli biasa bila hanya satu hari.

Mengikuti itinerary yang telah dibuat tempat pertama yang akan kami kunjungi adalah Gyeongbokgung Palace. Istana ini adalah yang terbesar dan (katanya) paling bagus dari lima komplek istana yang ada di kota Seoul.


Kunjungan kami ke Gyeongbokgung Palace benar-benar penuh drama. Dimulai dari rombongan kami yang terpencar gara-gara pintu keluar dari subway via elevator dan via tangga dipisahkan oleh pagar istana. Pintu keluar elevator berada di luar komplek istana sementara via tangga berada di dalam komplek istana. Untungnya setelah tanya sana sini dan jalan kesana-kemari kami berhasil bertemu kembali.





Pergantian Penjaga Istana
Pertemuan kembali kami tepat beberapa menit sebelum pergantian penjaga istana. Pergantian shift ini dilakukan jam 10.00 dan 14.00 dengan upacara tersendiri yang tentunya jangan dilewatkan. Sayangnya karena sangat ramai saya tidak berhasil mengambil gambar upacara ini.

Sebelum dan setelah upacara pengunjung diperbolehkan berfoto menggunakan pakaian penjaga istana. Lokasinya tak jauh dari pintu gerbang tempat penjaga berada. Serunya peminjaman kostum ini gratis namun waktunya terbatas. Jadi siapa cepat dia dapat.

Tiket Masuk
Untuk masuk ke dalam setiap orang harus membayar tiket sebesar 3000 won (sekitar 30 ribu rupiah) untuk dewasa dan 1500 won untuk anak usia 7-18 tahun.  Lucunya pengunjung boleh masuk gratis bila datang menggunakan hanbok, pakaian tradisional Korea. Pantas saja banyak warga lokal yang datang menggunakan hanbok. Seru banget jadi membuat suasana istananya seperti zaman dulu.

Area yang Luas
Gyeongbokgung palace ini luas sekali. Hal inilah yang kemudian menjadi drama kedua untuk rombongan kami. Kami tidak menentukan berapa lama kami mau berada di sana. Sebagian tak mau berlama-lama karena jadwal hari ini lumayan padat, takut tidak keburu belanja dan lain-lain. Sebagian lagi mau menikmati istana ini sampai keseluruh areanya. Ditambah kami ga punya wi fii untuk berkomunikasi. Jadilah rombongan pertama menunggu rombongan kedua yang tak kunjung kembali ke pintu masuk.




Pergi dengan Anak
Ru (2 tahun) cukup senang diajak ke sini. Karena luas dia bebas lari-lari kesana-kemari. Lebih-lebih karena lantai lapangannya terbuat dari pasir. Bagi Ru pasirnya serasa di pantai atau playground. Saya dan Bi, suami saya, heboh ngelarang Ru main pasir karena kotor.

Moral, Tips, & Trik
- Tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Seoul. Well-preserved banget. Terasa banget kalau ini adanya bukan di Indonesia. Info lebih lengkap silahkan buka official websitenya.

- Sediakan waktu sekitar dua jam an kalau mau keliling seluruh area dengan santai. Di bagian dalam komplek istana ini ada paviliun dan danau. Saya ga kesana karena kirain di dalemnya udah ga ada apa-apa lagi. Haha.

- Untuk yang pergi berombongan tanpa travel agent SELALU tentukan waktu dan tempat berkumpul kembali  biar ga berantem.

SEBELUMNYA  >> Namsangol Hanok Village
SELANJUTNYA >> Belanja Oleh-oleh di Insadong

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...