Langsung ke konten utama

Minggu Pagi di Namba Parks, Osaka, Jepang

“Waduh Ki jauh-jauh ke Jepang cari spot yang Jepang banget donk jangan kaya di Cibubur,” komentar om saya saat saya mengunggah foto kami bertiga di Namba Parks, Osaka. Iya juga sih, saat itu sedang musim panas dan kami berfoto diantara tanaman."Eits jangan salah om.. Ini di atas gedung," jawab saya waktu itu. Sebenarnya saya ga peduli, toh saya jalan-jalan itu bukan buat pamer. Diunggah ke instagram juga supaya instagram saya ada isinya, lumayan untuk album digital.

Hari itu adalah hari kedua saya dan keluarga berada di Jepang. Sengaja loncat ke hari kedua karena hari pertama terlalu melelahkan dan kurang menyenangkan untuk diceritakan. Mungkin kapan-kapan saya ceritakan. Hari ini semua keluarga saya naik shinkansen dari Osaka ke Hiroshima. Saya, Bi, dan Ru membelot tidak ikut. Kemarin terlalu melelahkan untuk kami, jadi hari ini mau jalan santai saja di Osaka.

Seperti yang sudah saya ceritakan di sini, untuk trip Korea-Jepang kali ini saya fokus bikin itinerary Korea saja. Itinerary Jepang keluarga saya yang bikin. Efeknya saya ga tau mau kemana ketika kami memutuskan berpisah dari rombongan. Setelah googling kilat pagi-pagi, kami memutuskan untuk pergi ke Namba Parks.


Namba Parks adalah gedung perkantoran dan mal yang berada tak begitu jauh dari tempat kami menginap. Istimewanya, bangunan ini memiliki taman besar di atapnya. Kayaknya pas buat jalan-jalan pagi-pagi.

Rooftop Garden
Bangunan ini dibangun tahun 2003, sehingga desainnya agak kuno. Untuk menuju rooftop garden kami harus berganti beberapa lift karena hanya ada satu lift yang sampai ke lantai paling atas. Wah saya belum pernah berada di rooftop garden yang sebesar ini. Sampai-sampai saya lupa kalau ini ada di atas gedung. Satu yang saya sadari, sebagai pengunjung taman pemandangnya tidak sebagus yang saya lihat di foto. Sebab yang difoto itu diambil dari langit, entah pakai helicopter atau drone.


 Dari atas jauh lebih bagus. (Sumber: Inhabitat)
Playground
Selain taman ada pula playground untuk anak-anak. Playground terbuka untuk siapa saja dan tentunya gratis. Saat kami ke sana ada beberapa keluarga Jepang yang sedang menemani anaknya bermain. Di sini kebanyakan orang tua hanya duduk-duduk di sekeliling tempat bermain sementara anaknya dibiarkan main sendiri. Bahkan ada satu anak yang jatuh terus tapi neneknya cuek saja.

Menariknya, playground ini desainnya sangat berbeda dengan di Indonesia. Walaupun ada perosotan tapi bentuknya ga standar. Juga ga ada ayunan, jungkat-jungkit, dan jungle gym standar playground Indonesia. Sebenarnya desain yang beda itu bagus untuk anak-anak. Mereka jadi harus menggunakan imajinasinya untuk bermain. Desainnya pun tidak mendikte anak-anak untuk bermain dengan satu cara saja. Secara tidak langsung mengajarkan problem solving. Ini bukan kata saya lo, tapi kata berbagai penelitian yang saya baca. Intinya saya suka sekali dengan desainnya.








Bukan Turis
Setelah Ru (2 tahun) puas bermain, kami pun beranjak pergi. Sejenak lupa kalau kami ini cuma turis yang hanya akan berada di Jepang empat hari saja. Menghabiskan minggu pagi dengan cara yang sama dengan warga lokal membuat kami lupa diri.

Moral, Tips, & Trik
- Namba Parks bukan tempat yang cocok dikunjungi sebagai turis. Tapi saya tidak menyesal karena jadi bisa merasakan kegiatan orang lokal. Kalau belum punya anak sih lain cerita.

- Desain playground-nya saya suka. Saya sangat berharap desain taman bermain di Indonesia bisa lebih diperhatikan dan berbeda di setiap tempatnya, agar anak Indonesia bisa berkembang dengan lebih baik.

- Tamannya sangat ramah untuk kaum difabel.

SEBELUMNYA >> Berkunjung Ke Dongdaemun Design Plaza

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...