Salah satu senangnya punya blog adalah bisa bernostalgia dan bersyukur tentang liburan atau kejadian sehari-hari lainnya. Apalagi kalau nulis blog nya kayak saya, pengalamannya sudah ntah kapan, ditulisnya baru sekarang.
Pulau Lengkuas adalah salah satu tempat yang saya kunjungi pada kunjungan ke Belitung tahun lalu. Pulau ini adalah salah satu pulau paling terkenal di antara pulau-pulau kecil lain di Belitung karena memiliki mercusuar. Mercusuar di pulau lengkuas dibangun oleh Belanda pada tahun 1882.
Cara Ke Pulau Lengkuas
Untuk pergi ke pulau Lengkuas saya dan keluarga menyewa kapal kayu yang sudah dilengkapi pelampung sesuai jumlah penumpang. Kami dijemput di Pantai Tanjung Tinggi di depan Hotel Lor In, tempat kami bermalam. Bisa khusus dijemput karena jumlah kami sebanyak kapasitas kapal.
Berenang dalam Hujan
Cuaca hari itu mendung sejak pagi, untunglah hujan tidak turun selama kami berada di kapal. Begitu kapal berlabuh di pulau, kami segera foto-foto. Benar saja, tak lama hujan turun dengan deras.
Setelah berteduh cukup lama, saya dan Ru (1 tahun 11 bulan) akhirnya berenang juga. Dingin sekali berenang dengan hujan rintik-rintik. Tapi kalau mau menunggu hujan reda bisa-bisa kami tak sempat berenang karena sudah harus kembali ke Pulau Belitung. Air nya jenih dan tidak berombak. Sangat menyenangkan untuk berenang. Kekurangannya pantai di pulau ini ramai, jauh lebih ramai dari pantai Tanjung Tinggi.
Pulau Lengkuas sendiri adalah pulau kecil, bangunan yang ada hanya mercusuar dan bangunan semacam kantor yang mengelilinginya. Tak ada villa apalagi hotel. Tempat makan pun hanya berupa tenda-tenda saja. Selain berenang wisatawan bisa naik ke atas mercusuar, diving, dan melihat penangkaran penyu.
Menaiki Mercusuar
Setelah berenang dan mandi, Bi mengajak saya dan Ru untuk naik ke mercusuar. Ini kedua kalinya saya naik mercusuar. Sebelumnya saya pernah naik mercusuar di Anyer.
Masuk ke mercusuar harus bergantian sebab tangganya terlalu kecil untuk menampung banyak orang. Di pintu masuknya ada seorang penjaga yang mengatur jumlah orang yang masuk. Sekaligus menerima uang biaya masuk. Saya lupa nominalnya, tapi tidak mahal. Juga sepertinya tidak resmi karena tidak diberi tiket atau bukti apapun.
Awalnya saya agak deg-degan karena membawa Ru. Takut tidak kuat naik sampai ke lantai 18. Ternyata bisa berhenti di setiap lantai dan beristirahat dulu kalau memang kelelahan. Hore kami berhasil mencapai puncak. Dari atas mercusuar kami bisa melihat keseluruhan Pulau Lengkuas. Ah, jangan lupa foto sama angka 18 sebagai bukti kalau kami sampai ke puncak.
Pulau Pasir
Menjelang sore kami dan hampir semua pengunjung pulau ini kembali ke kapal masing-masing untuk pulang ke Pulau Belitung. Di perjalan pulang, kami melewati Pulau Pasir. Pulau pasir adalah pulau super mini yang isinya hanya pasir saja. Pengengemudi kapal menanyakan apa kami ingin berlabuh dan bermain di sana sebentar seperti kebanyakan orang yang pulang dari Pulau Lengkuas. Kami menolak karena membawa ponakan saya yang masih bayi, takut angin kalau terlalu lama di kapal.
Bersyukur
Jujur saat itu saya menganggap jalan-jalan ke Pulau Lengkuas buang-buang waktu. Ru jadi tidak bisa main di pantai dalam waktu yang lama dan pantainya ramai. Namun ketika saya melihat foto-fotonya lagi saat ini, saya jadi merasa kalau saya kurang bersyukur. Iya sih memang tidak bisa main lama, tapi Ru jadi bisa naik mercusuar, bisa lihat penyu, dan kami jadi tahu seperti apa Pulau Lengkuas. Malah bisa jadi penyemangat untuk main ke pantai lagi lain waktu agar bisa main dengan puas. Menulis di sini menjadi pengingat bahwa saya harus bersyukur diberi kesempatan untuk liburan. Apalagi hari ini saya sibuk mengurus Ru yang sedang demam dan kehilangan nafsu makan, liburan terdengar sangat menyenangkan.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan,” (Ar Rahman: 13)
Moral, Tips, & Trik
- Tidak perlu bela-belain ke Pulau Lengkuas untuk yang membawa anak balita. Sebab salah satu daya tarik pulau ini adalah sejarahnya yang pastinya belum dipahami oleh mereka. Pulau ini lebih cocok untuk wisatawan dewasa atau anak-anak yang sudah lebih besar.
SELANJUTNYA >> Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
SEBELUMNYA >> Museum Kata, Belitung
Pulau Lengkuas adalah salah satu tempat yang saya kunjungi pada kunjungan ke Belitung tahun lalu. Pulau ini adalah salah satu pulau paling terkenal di antara pulau-pulau kecil lain di Belitung karena memiliki mercusuar. Mercusuar di pulau lengkuas dibangun oleh Belanda pada tahun 1882.
Cara Ke Pulau Lengkuas
Untuk pergi ke pulau Lengkuas saya dan keluarga menyewa kapal kayu yang sudah dilengkapi pelampung sesuai jumlah penumpang. Kami dijemput di Pantai Tanjung Tinggi di depan Hotel Lor In, tempat kami bermalam. Bisa khusus dijemput karena jumlah kami sebanyak kapasitas kapal.
Berenang dalam Hujan
Cuaca hari itu mendung sejak pagi, untunglah hujan tidak turun selama kami berada di kapal. Begitu kapal berlabuh di pulau, kami segera foto-foto. Benar saja, tak lama hujan turun dengan deras.
Setelah berteduh cukup lama, saya dan Ru (1 tahun 11 bulan) akhirnya berenang juga. Dingin sekali berenang dengan hujan rintik-rintik. Tapi kalau mau menunggu hujan reda bisa-bisa kami tak sempat berenang karena sudah harus kembali ke Pulau Belitung. Air nya jenih dan tidak berombak. Sangat menyenangkan untuk berenang. Kekurangannya pantai di pulau ini ramai, jauh lebih ramai dari pantai Tanjung Tinggi.
Pulau Lengkuas sendiri adalah pulau kecil, bangunan yang ada hanya mercusuar dan bangunan semacam kantor yang mengelilinginya. Tak ada villa apalagi hotel. Tempat makan pun hanya berupa tenda-tenda saja. Selain berenang wisatawan bisa naik ke atas mercusuar, diving, dan melihat penangkaran penyu.
Menaiki Mercusuar
Setelah berenang dan mandi, Bi mengajak saya dan Ru untuk naik ke mercusuar. Ini kedua kalinya saya naik mercusuar. Sebelumnya saya pernah naik mercusuar di Anyer.
Masuk ke mercusuar harus bergantian sebab tangganya terlalu kecil untuk menampung banyak orang. Di pintu masuknya ada seorang penjaga yang mengatur jumlah orang yang masuk. Sekaligus menerima uang biaya masuk. Saya lupa nominalnya, tapi tidak mahal. Juga sepertinya tidak resmi karena tidak diberi tiket atau bukti apapun.
Awalnya saya agak deg-degan karena membawa Ru. Takut tidak kuat naik sampai ke lantai 18. Ternyata bisa berhenti di setiap lantai dan beristirahat dulu kalau memang kelelahan. Hore kami berhasil mencapai puncak. Dari atas mercusuar kami bisa melihat keseluruhan Pulau Lengkuas. Ah, jangan lupa foto sama angka 18 sebagai bukti kalau kami sampai ke puncak.
Di lantai bawah mercuar ada penjara untuk bajak laut. |
Pulau Pasir
Menjelang sore kami dan hampir semua pengunjung pulau ini kembali ke kapal masing-masing untuk pulang ke Pulau Belitung. Di perjalan pulang, kami melewati Pulau Pasir. Pulau pasir adalah pulau super mini yang isinya hanya pasir saja. Pengengemudi kapal menanyakan apa kami ingin berlabuh dan bermain di sana sebentar seperti kebanyakan orang yang pulang dari Pulau Lengkuas. Kami menolak karena membawa ponakan saya yang masih bayi, takut angin kalau terlalu lama di kapal.
Bersyukur
Jujur saat itu saya menganggap jalan-jalan ke Pulau Lengkuas buang-buang waktu. Ru jadi tidak bisa main di pantai dalam waktu yang lama dan pantainya ramai. Namun ketika saya melihat foto-fotonya lagi saat ini, saya jadi merasa kalau saya kurang bersyukur. Iya sih memang tidak bisa main lama, tapi Ru jadi bisa naik mercusuar, bisa lihat penyu, dan kami jadi tahu seperti apa Pulau Lengkuas. Malah bisa jadi penyemangat untuk main ke pantai lagi lain waktu agar bisa main dengan puas. Menulis di sini menjadi pengingat bahwa saya harus bersyukur diberi kesempatan untuk liburan. Apalagi hari ini saya sibuk mengurus Ru yang sedang demam dan kehilangan nafsu makan, liburan terdengar sangat menyenangkan.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan,” (Ar Rahman: 13)
Moral, Tips, & Trik
- Tidak perlu bela-belain ke Pulau Lengkuas untuk yang membawa anak balita. Sebab salah satu daya tarik pulau ini adalah sejarahnya yang pastinya belum dipahami oleh mereka. Pulau ini lebih cocok untuk wisatawan dewasa atau anak-anak yang sudah lebih besar.
SELANJUTNYA >> Pantai Tanjung Tinggi, Belitung
SEBELUMNYA >> Museum Kata, Belitung
Komentar
Posting Komentar