Langsung ke konten utama

Proyek Sampul Buku

proyek-sampul-buku

Salah satu kelebihan ga bekerja lagi adalah saya punya banyak waktu untuk melakukan apapun yang saya mau. Salah satunya saya lebih sadar tentang 'hidup sederhana'. Misalnya menerapkan prinsip 'spark joy' ala Kondo Marie dan mengurangi sampah seperti para penganut zero waste.

Suatu hari saya sadar bahwa salah satu cara tidak merusak bumi adalah memperpanjang umur suatu barang. Padahal selama ini saya kurang apik menjaga barang. Untung tidak ada kata terlambat untuk memulai hal baik. Saya pun memutuskan untuk mulai dengan barang kesukaan saya: buku.

Selama ini buku-buku saya disimpan di lemari buku tertutup agar bebas debu. Namun tidak saya sampul. Buku Ru anak saya malah disimpan di lemari terbuka. Akibat sering dibaca dan dibawa-bawa banyak buku yang sampulnya terlipat bahkan robek.

Saya pun membeli sampul buku, menonton tutorial cara menyampul buku rapi di youtube, lalu mulai menyampul buku-buku saya dan Ru.

Satu Hari Dua Buku
Saya sadar jumlah buku saya dan Ru cukup banyak dan akan menghabiskan banyak waktu dan energi. Jadi saya putuskan untuk menyampul hanya dua buku per hari (satu buku saya, satu buku Ru).

Saat ini proyek kecil-kecilan ini masih berjalan, bahkan buku yang belum disampul masih lebih banyak dari yang sudah. Saya akui kadang ada hari saya tidak menyampul buku, salah satunya karena sampulnya habis. Walaupun begitu, proyek ini cukup baik dalam melatih kedisiplinan saya.

Efek Meditasi
Selain membuat buku kami lebih awet ternyata menyampul buku bisa membuat saya lebih tenang dan bahagia. Sambil menyampul sambil bersyukur punya rezeki untuk memiliki buku tersebut serta mengingat kembali perasaan senang saat saya membacanya.

"Mama buku Ru yang ini belum disampul," ternyata bukan saya saja tapi Ru pun ikut bersemangat dengan kegiatan ini.

Non-Konmari
Oiya, kalau tentang buku saya tidak menuruti prinsip Konmari. Saya tidak mau mengurangi jumlah buku saya. Selain karena saya suka membaca ulang buku, cita-cita saya adalah memiliki perpustakaan. Doakan ya.

Ah saya jadi bersemangat menyelesaikan proyek ini dan memulai proyek-proyek 'rumahan' lainnya.

Moral, Tip, & Trik
- Ternyata melakukan hal baik sekecil apapun bisa membuat hati senang.

Komentar

  1. Rajin ya... Kita juga gak pernah nyampul in buku hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha iya nih abisan kayak makin banyak aja buku yang agak rusak.

      Hapus
  2. jadi dicicil aja yah ngerjainnya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...