Langsung ke konten utama

Kunjungan ke IKEA, Homeless, dan Hong Kong Space Museum (HK Special, Part 6)


Minggu, 26-07-2016
Hong Kong Special Trip
Day 5

Satu hal yang sama-sama saya dan Bi sukai ketika jalan-jalan adalah merasakan berada di suatu tempat dan lingkungan baru yang berbeda. Kami bukan tipe 'yang penting sudah mengunjungi tempat-tempat top' di suatu daerah. Kami suka berjalan santai melihat tempat-tempat yang terasa biasa saja di foto, tapi toh tidak ada di Jakarta.

Hari ini Bi berbaik hati menemani saya jalan-jalan ke IKEA. Tujuannya lebih untuk studi banding. Saya ingin tahu, seperti apa sih desainer interior IKEA cabang Hong Kong membuat room setting di tokonya. Saya tau beberapa dari mereka, karena mereka sempat membantu saat IKEA Indonesia akan buka. Kalau bagus bisa saya ambil idenya dan diterapkan di Indonesia. (Ini karena waktu itu saya masih kerja ya)

IKEA dan Homeless Causewaybay


Saya ga foto-foto di sini. Foto by diarysivika.

Di Hong Kong ada tiga cabang IKEA, tapi saya memilih pergi ke IKEA Causeway Bay karena paling mudah dijangkau dengan MTR. Ternyata cabang Causeway Bay ini kecil sekali. Bukan gedung yang berdiri sendiri. Dari masuk hingga keluar lagi saya hanya memerlukan waktu kurang dari sejam. Padahal itu pun saya sempet belanja beberapa hal.

Sedikit info dari saya, meskipun secara umum IKEA dimanapun menjual barang-barang yang sama, namun karena peraturan pemerintah, ada beberapa barang yang sulit masuk ke Indonesia. Karena saya hafal mana barang yang ada dan yang tidak jadi saya membeli barang-barang yang belum masuk atau tidak masuk ke Indonesia. Harga pun tentunya setiap negara bisa berbeda-beda ya.

Hal yang paling saya tidak sukai dari cabang Hong Kong adalah grid ceiling-nya yang pendek. Haha, ga ngaruh sih sebenernya kalau sebagai pengunjung. Cuma sebagai desainer interiornya jadi kurang bebas aja sih menurut saya.


photos by: Homeless Facebook

Nah setelah selesai dari IKEA secara tidak sengaja kami menemukan satu lagi toko home decoration tepat di lantai atasnya. Namanya Homeless and Sidekick. Isinya lucu menurut saya. Banyak barang-barang uniknya. Ru (15 bulan) juga tertarik liat dan minta ini itu. Tentunya ga saya beliin, ya untuk apa juga. Di sini kami hanya belanja yang kecil-kecil saja. Saya sama Bi tuh punya dua masalah mengenai dekorasi. Pertama, kami malas instalasinya kalau susah. Kedua, saya malas bersihinnya.

Saat pergi ke dua tempat ini saya sempet sedikit khawatir karena ketika keluar dari stasiun MTR ada banyak polisi dan ternyata sedang ada demonstrasi. Untunglah berjalan aman terkendali. Plus ada banyak sekali orang Indonesia berbahasa Jawa, karena tempat ini sangat dekat dengan Victoria Park yang konon katanya adalah tempat nongkrong para TKI. Saya pun ke sini pas hari minggu, jadi sepertinya lagi penuh-penuhnya.

Hong Kong Space Museum 
Ternyata setelah jalan-jalan di taman dan toko interior, kami masih punya sisa waktu. Rombongan keluarga saya lainnya belum pulang dari Shenzen. Pada kunjungan kali ini kami belum ke Museum. Waktu itu saya sempat ke Hong Kong Museum of History yang menurut saya menarik. Kami pun memutuskan untuk pergi ke Space Museum di Tsim Tsa Tsui karena dekat dari hotel dan karena saya salah baca review kalau ini museum yang bagus. Saya ketuker antara Space Museum dan Science Museum. Haha. Pantesan aja kok yang ini kayak udah tua.

Tentunya karena ekspektasi saya tinggi akibat salah inget nama museum, Space Museum ini ga sekeren itu. Secara arsitektur Museum yang berbentuk dome ini menarik, tapi interior dalamnya agak kuno. Walaupun kuno, tidak seperti kebanyakan museum di Indonesia, isinya tetap interaktif. Haha kasian ya kita kalah sama yang udah kuno.  Ru senang sekali cobain ini itu tanpa turun dari gendongan. Menurut informasi dari websitenya, tahun ini (2016) ruang pamer permanennya sedang direnovasi dan akan buka kembali akhir tahun.



Demikianlah cerita jalan-jalan ke Hong Kong edisi kali ini. Mungkin untuk waktu yang lama saya ga bakal ke Hong Kong dulu karena dunia masih luas.

Moral, Tips, dan Trik
- Bagi yang mau belanja IKEA di luar negeri kalau ngeliat dan tertarik beli alat makan keramik yang lucu, meter fabric warna-warni, dan mainan anak-anak yang gemesin, sebaiknya dibeli aja.

-Hong Kong Space Museum bisa dikunjungi sekalian liat Avenue of Stars. Deket banget soalnya. Lagipula karena habis direnovasi harusnya bagus.

SEBELUMNYA       >> Chi Lin Nunnery dan Nan Lian Garden (HK Special, Part 5)
MULAI DARI SINI >> Jalan-jalan ke Hong Kong dengan Manula, Balita, dan Batita (HK Special, Part 1)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...