Langsung ke konten utama

Memori Kerusuhan Mei 98

Beberapa hari yang lalu si mama beres-beres rumah. Hasilnya beberapa barang dari masa lalu yang sudah lama terlupakan kembali terangkat ke permukaan. Di antaranya buku diary saya dan si ade zaman SD. Yang menarik, kami berdua sama-sama menulis tentang kerusuhan 1998. Padahal dua buku itu terisinya cuma sedikit. Hehe.

Sebenernya ceritanya sederhana. Karena kerusuhan kami mengungsi ke rumah eyang. Tapi kemudian sekitar rumah eyang diisukan akan dibakar karena ada beberapa toko milik warga tionghoa di sana. Akhirnya kami kembali ke rumah. Rumah saya terletak di bagian depan komplek, dekat dengan jalan raya. Ketika ada isu masa bergerak ke arah rumah kami, kami kembali mengungsi ke rumah tetangga yang letaknya di bagian belakang komplek. Walaupun sempat muncul panser, namun masa tidak melewati komplek rumah kami dan kami pun kembali dengan selamat ke rumah.

Walaupun ceritanya sama, saya dan si ade cerita dengan cara yang sangat-sangat berbeda. Saya menuliskannya dalam delapan paragraf super detail, sampai makanan apa yang saya makan hari itu. Ade saya hanya menuliskan dalam satu paragraf cukup panjang dengan singkat dan padat. Kami juga menulis kalimat pembuka yang super beda. Ini saya salin seratus persen dari buku hariannya, termasuk coretan dan kesalahan ejaan dan tanda baca.

Jumat, 15 Mei 1998

Saya (10 tahun)
Buku harianku, hari ini aku menginap di rumah eyangku bersama tetanggaku, Bude wit dan keluarga. Kami menginap karna dimana-mana terjadi kerusuhan. Saat itu Pondok Labu masih tidak ada apa-apa. Perasaanku si biasa2 saja. Malam-malam karena ada siaran khusus jadi aku dan eyang mikir bahwa tidak ada Jin dan Jun (itu kemarin malam). Dirumah eyangku sudah ada semua barang barang berharga.

Si Ade (9 tahun)
Juli 1997 itu, adalah awalnya kiris moneter. Tanggal 12-5-1998 anak Trisakti (nama universitas) ditembak Besoknya sampai meninggal. Besoknya Tgl 14-5-98 aku disuru cepet pulang karena, katanya orang-orang turun ke jalan pukul 12.00 untuk unjuk rasa tetapi orang-orang yang ngaco malah menjarah toko-toko dan rumah-rumah. aku sekeluarga nginep di rumah eyang, surat surat berharga dan pasport.

*arti:
menjarah= mencuri dengan beramai-ramai (ini juga ditulis si ade di bagian bawah halaman)


Cuplikan lainnya di antara cerita yang lumayan panjang:

Saya
Kami di persilahkan masuk. aku masuk dan duduk. Tanganku gemetaran. aku membaca doa dalam hati. 

Si Ade
Kita juga panik karena MASA nya sudah menuju cinere.  Masanya ke Cinere karena dikejar ABRi. Kita semua ketakutan. 

Habis itu aku mengasah golok papa.

***

Sebenernya saya hanya ingat samar-samar tentang kejadian hari itu, jadi saya gatau antara saya memang lebih kekanak-kanakan dan penakut atau ade saya cuma sok gede dan berusaha menuliskan ceritanya seperti wartawan koran yang lebih pemberani. Yang manapun, untungnya hari itu tidak terjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma mendalam pada kami. Do you remember what happened to you that day?

Ps. Ga saya kasih gambar ya. Serem abisan gambar-gambar kerusuhan.

Moral
- Walau nulis diary kesannya norak, tapi seru ternyata karena bisa dibaca lagi beberapa tahun kemudian. Lagipula menurut penelitian, memori seseorang suka memodifikasi cerita sebenarnya lo.

- Yuk menulis jurnal! *pake istilah jurnal supaya kedengeran lebih dewasa dan berkelas dibanding diary.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...