Langsung ke konten utama

Solo - Malam Minggu

Malam minggu kemarin saya ada di Solo. Bukan khusus untuk jalan-jalan, tapi ada nikahan saudara di Ngawi pagi harinya. Selesai acara, saya dan keluarga beranjak ke Solo karena tak banyak yang bisa dilihat di Ngawi.


Fave Hotel
Kami menginap di Fave Hotel, Solo Baru yang baru buka selama tiga bulan. Baru soft opening jadi masih ada promo. 

Desainnya serupa sama hotel bintang dua yang mulai menjamur belakangan ini. Bedanya ada jendela antara kamar tidur dan kamar mandi. Hohoho. Tapi ada rolling blind-nya kok kalau gak mau diintip. 



Nasi Liwet
Selesai check-in, kami makan malam nasi liwet khas Solo. Diajak makan di lesehan sama Pak Pur, supir mobil yang kami sewa. Lesehannya beneran lesehan, ga ada mejanya. Hanya tiker di trotoar yang sempit dan gelap. Perdana makan di lesehan tipe ini. (Eh ngga deng pernah pas di Jogja). Enak banget si makanannya, entah karena ga kelihatan, sangking lapernya, atau emang enak. Plus harganya murah, berlima lima puluh ribu.

Galabo
Sudah kenyang saatnya ngemil. Kami mampir ke gladag langen bogan (Galabo). Makan wedang ronde yang ga kerasa jahenya dan sate buntel yang saya ga coba karena sudah kekenyangan.





Malam minggu yang cukup singkat.

Next >> Solo - Minggu Pagi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...