Langsung ke konten utama

Makanan Halal di Korea - EID 이드, Itaewon, Seoul


"Makanan di Korea enak-enak banget!" begitu kata teman saya yang hobi wisata kuliner.
"Tapi bukannya banyak babi?" jawab saya mengingatkan kalau saya ga boleh makan babi. Teman saya ini non-muslim. 
"Iya juga ya," jawabnya agak iba karena saya jadi tidak bisa merasakan senangnya makan di Korea. Padahal saya ga sesedih itu sih.
____________

Saya kemudian menemukan sebuah restauran yang menyajikan masakan Korea tapi halal, Eid namanya. Langsung saya masukkan ke itinerary kami karena kapan lagi bisa cobain makanan Korea di Korea tanpa takut ada babinya atau pakai minyak babi. 

Eid ini terletak di daerah Itaewon, tidak jauh dari Masjid Pusat Seoul. Di daerah ini memang ada beberapa restauran halal, namun bukan makanan Korea.

Di perjalanan dari National Museum of Korea ke EID kami meminta tolong perusahaan bus yang kami sewa untuk me-reserved tempat untuk keluarga saya. Rombongan kami lebih dari 20 orang. Untunglah masih ada tempat. 

Jalanan di depan restauran ini kecil dan tidak bisa dilalui bus. Kami pun turun di tempat terdekat dan berjalan kira-kira 5-7 menit sampai ke sini. 

Ternyata restaurannya kecil sekali. Semua meja terisi penuh dengan keluarga saya. Bahkan kami harus pakai gelas bergantian karena semua habis dipakai. Hehe.

EID menyediakan 4 jenis makanan saja: Beef Bulgogi, Bibimbap, Grilled Fish, dan Samgyetang (gingseng chicken soup). Harganya 8000-10000 won (sekitar 90.000 - 120.000 rupiah) termasuk minum air putih dan teh sebagai penutup. Saya pesan bulgogi, enak! Seluruh keluarga besar saya pun senang dengan makanannya dan memuji saya dan adik saya karena merekomendasikan restauran ini. Padahal cuma modal baca di internet.




Moral, Tips, & Trik
- Recommended untuk dikunjungi, Bahkan om saya bilang daripada bayar 10,000 won untuk foto pakai baju tradisional Korea mendinng uangnya untuk beli Bulgogi lagi.

- Jam buka: Selasa - Minggu (11.30-21.00)

- Tempatnya tidak besar. Sebaiknya telpon dulu kalau mau datang, mereka bisa bahasa inggris kok.

- Di sini tidak ada toilet. Kalau terpaksa sekali ada toilet umum di luar restauran tapi jorok.

- Kalau mau salat di masjid bisa dengan jalan kaki dari restauran ini.

- Motret makanan susah ya. Ga bakat saya jadi fotografer makanan. huhuhuhu.Ini rasanya beneran lebih enak dari kelihatannya di foto saya kok. percaya deh.

SEBELUMNYA >> Museum Anak-anak, National Museum of Korea (Korea-Japan Trip, Part 1)
SELANJUTNYA >> Satu Jam di N Seoul Tower

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...