Langsung ke konten utama

Jalan-jalan ke Hong Kong dengan Manula, Balita, dan Batita (HK Special, Part 1)

Libur lebaran kemarin saya dan keluarga besar pergi ke Hong Kong. Ini kali kedua saya dan Bi ke sana. Sebelumnya saya pernah cerita di sini. Perbedaan besarnya adalah kalau tiga tahun lalu saya pergi berdua saja, kali ini pergi ber-23. Banyak ya. Termasuk di dalamnya Eyang Uti (80 tahun lebih), Freya si ponakan (4 tahun), dan Ru (15 bulan).

Walaupun ramai-ramai perjalanan ini semi-backpacker dan tanpa agen travel. Lumayan ribet sih. Tapi tetap senang. Berikut ini vlog buatan adik saya Lala Djais. Enjoy!



Penerbangan
Ini adalah bagian paling mengecewakan dalam jalan-jalan ini. Saya ga mau cerita detail ah, daripada bikin mood jelek. Intinya menurut pengalaman saya Cathay Pacific sangat sangat ga recommended terutama untuk yang bawa anak di bawah 2 tahun, Lebih mahal dan pelayanannya ga ok sama sekali. Mending cari maskapai lain deh. Saya lumayan kapok sih naik Cathay. 

Kursi Roda dan Stroller
Ini adalah kesulitan kedua. Sesuai sama cerita orang-orang di internet, Hong Kong memang kurang bersahabat untuk pengguna kursi roda dan stroller. Padahal eyang uti harus pakai kursi roda dan Freya juga duduk di stroller. Untungnya Ru masih bisa digendong pake gendongan.

Di sini jarang ada lift di stasiun MTR, banyak tangga-tangga tanpa ramp, dan kotanya berbukit-bukit. Silahkan siapkan otot dan tenaga ekstra untuk yang mendampingi pengguna kursi roda dan anak ber-stroller. Supaya kuat mengangkat mereka naik-turun tangga. Dalam beberapa kasus bisa juga siapkan waktu yang cukup banyak untuk  memilih jalan memutar.


Tiga tahun lalu kami ke sini bulan April. Cuacanya cerah, cuma berdua, dan lagi honeymoon. 
Tahun ini tambah gendongan anak 15 bulan, tas isi perlengkapan si bocah, dan ditemani 
hujan bulan Juli. Lebih ribet iya, tapi kadar senangnya sama kok. 

Foto full-team di Avenue of the Stars

Cerita Jalan-Jalan
Untuk cerita jalan-jalannya menyusul. Sekarang intronya dulu. 



Moral
- Ternyata apa yang saya lihat dan rasakan saat pertama kali ke sini beda banget dengan yang kedua. Transportasi yang oke banget, ternyata sulit sekali untuk pengguna kursi roda. Penduduknya yang biasa-biasa aja ternyata banyak yang tidak ramah dan sabar dengan orang tua berkursi roda. 

- Liburan ke Hong Kong seru buat yang masih muda, banyak tantangan untuk yang bawa anak dan stroller, dan sangat repot untuk yang naik kursi roda.

- Ga perlu terlalu khawatir bawa anak jalan-jalan. Ru senang dan ga rewel sama sekali. :D Padahal saya udah khawatir. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...