Langsung ke konten utama

Review Clodi (Cloth Diaper)

Salah satu barang bayi yang membuat saya menghabiskan waktu lama untuk pilih-pilih adalah cloth diaper (clodi). Lama karena model dan merek nya banyak sekali. Harganya pun macem-macem. Waktu itu untungnya saya punya waktu untuk bacain review ibu-ibu lainnya. Sekarang saatnya membalas budi dengan nambahin review clodi dari pengalaman saya 15 bulan ini.

Jadi, seperti yang pernah saya ceritain di sini, saya beli bermacam-macam clodi. Konon katanya, sebaiknya jangan beli satu merek saja karena belum tentu pas di anaknya. Sayang kan kalau semuanya jadi ga pas. Saya pun mengikuti saran tersebut.

CLODI LOKAL

Pempem  -- Saya kurang suka, karena cepat pesing dan entah kenapa suka disemutin. Dari semua clodi cuma ini aja yang sering disemutin.

GG -- Saya suka-suka aja sama GG. Cuma gatau perasaan saya atau apa, Clodi lokal lebih cepat pesing dibanding clodi impor Amerika. Tapi ya ada harga ada barang kan.

Cluebebe -- Sama seperti GG. So far so good. 

Enphilia -- Cuma punya yang mini. Kurang oke sih, karena insertnya cuma ditaro gitu aja. Tapi ya berbanding lurus sama harganya.

Nvme -- Di Ru kadang suka bocor. Tapi covernya bisa digabung dengan prefold. Lumayan ekonomis.

Rekomendasi saya: GG dan Cluebebe. Untuk diaper cover Nvme ok.




CLODI IMPOR - CINA

Momoko -- Saya beli yang sistem snap. Snapnya kebanyakan jadi Ru suka ga sabar pas dipakein. Tapi untuk daya serapnya cukup oke.

Sobi Minky -- Clodi yang saya paling ga suka. Insertnya bulky dan keringnya paling lama dibanding clodi lainnya.

Rekomendasi saya: Ga perlu lah beli yang produksi cina. Kualitasnya mirip sama yang lokal. Mending beli lokal aja, lebih ekonomis.  


CLODI IMPOR - AMERIKA

Charlie Banana -- Favorit saya. Kelihatannya lebih simpel karena untuk untuk memperkecil ukurannya ada di bagian dalam. Jadi ga terlalu banyak snap yang bikin pusing si mbak.

Rumparooz -- Saya belinya yang bamboo jadinya bulky sekali. Daya serapnya si oke.

Fuzzibuns -- Suka juga karena sistem pengaturan sizenya ada di dalam, seperti Charlie Banana.

Bumgenius -- Daya serapnya se oke clodi impor asal amerika lainnya. Pilihan warnanya lucu-lucu.

Flip  -- Tidak mengecewakan seperti Clodi asal Amerika lainnya. Covernya juga bisa dipakai dengan prefold.

Blueberry -- Karena air di rumah saya bikin semua kain jadi kaku, Blueberry jadi investasi yang kurang tepat. Harganya terlalu mahal tapi daya serapnya berkurang jauh karena kualitas air di rumah saya.

Rekomendasi saya: Charlie Banana, Fuzzibuns, Flip. Lebih ekonomis dibanding yang lain. 




Moral

- Kalau mau ekonomis beli yang lokal aja. Cuma harus rajin gantiin popok. Kalau punya uang lebih beli yang impor dari Amerika.

- Untuk Blueberry dan Rumparooz insert bamboo harusnya daya serapnya tinggi jadi bisa dipakai semaleman. Tapi pastikan dulu kalau air di rumah oke. Kalau airnya bisa bikin handuk jadi kaku, sebaiknya jangan beli clodi dengan harga semahal Blueberry dan Rumparooz.

- Kelemahan clodi beda-beda semua adalah susah ngejelasin cara pakainya ke mbak yang jaga. Jadi kalau untuk ibu bekerja mungkin pertimbangkan untuk ga beli terlalu banyak merek dan model berbeda.

- Model snap sungguh membuat bingung mbak dan lama makeinnya. Model velcro lebih ga awet katanya tapi lebih mudah dalam pemakaian. Jadi terserah Anda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...