Langsung ke konten utama

Saat Saya Susah Bangun Pagi

Beberapa bulan ini saya susah bangun pagi. "Kamu tidurnya kemaleman si," kata suami saya yang udah bosen denger saya ngeluh setiap bangun kesiangan (baca: setiap hari). "Ok, malem ini aku tidur jam 9!" Jawab saya setiap dia bilang begitu.

Malam hari. Saya ingat kalau saya mau tidur cepat. Jam 9 masih terlalu dini, akhirnya saya baru beranjak ke tempat tidur jam 10. Tidurpun ga dengan tangan kosong, tapi disenjatai alarm dan hp ber-alarm yang saya taruh di sebelah tempat tidur. Ga lupa baca doa yang salah satu isinya adalah supaya saya besok bisa bangun pagi. 

Berhasil? Tentu saja tidak. Kalau berhasil saya ga bakalan nulis di sini. Gagal karena saya selalu merasa belum ngantuk dan baru ketiduran saat sudah malam. Ah. Saya pun mulai bertanya-tanya. Waktu di Bandung dulu saya mudah sekali tidur cepat dan bangun pagi. Mengapa oh mengapa.

Akhirnya pagi ini entah kenapa saya berinisiatif untuk bertanya pada yang banyak tau, sebut saja namanya google. Banyak sumber bilang caranya ya harus tidur cepet. "Yeiii itu sih saya juga tau tapi ga berhasil," cibir saya dalam hati. Iya, saya emang anaknya suka gitu. 

Tapii... lalu saya nemu satu artikel wolipop yang bilang begini: 

"Kurang kena sinar matahari akan membuat seseorang tidur lebih larut, tidak cukup tidur dan akhirnya merasa malas," ujar Dr Mariana Figueiro dari the Rensselaer Polytechnic Institute Lingting Research Centre, New York seperti dilansir dari detikhealth.

Artikelnya lumayan panjang, intinya, terlalu banyak di ruang tertutup dan ga mendapat sinar matahari pagi membuat jam biologis seseorang jadi terganggu. Gejala ini namanya 'teenage night owl syndrome' karena lebih banyak dialami remaja. 

Hore saya senang. Walaupun saya belum melakukan apapun supaya saya lebih banyak kena matahari di apartemen yang penuh gedung ini, paling ngga saya udah tau penyebabnya. 

"Kalau gitu aku pake kostum kaktus aja ya, terus tiap pagi berjemur di luar," kata saya, tentu saja dengan maksud bercanda

"Loh ya malah ga kena matahari kalau pakai kostum, gimana sih kamu," yang ternyata ditanggepi serius sama si suami. Hehe. 

Image by Nadyabird

Moral

- Kalau mau baca artikel lengkap tentang teenage night owl syndrome, silahkan lihat di sini

-Yuk sering-sering kena matahari! *ngajak-ngajak

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...