Langsung ke konten utama

#6. Hong Kong - Stanley Market

(My Travel Series)
__________
Kamis, 29-3-2012
Hong Kong - Singapore Trip
Day 4

Jalan-jalan gak afdol kalau ga belanja, itu pendapat saya. Bukan belanja yang gimana gitu sih, tapi beli oleh-oleh untuk orang-orang yang ga ikut jalan-jalan, biar senangnya dibagi-bagi.

Pagi ini, Saya dan W mau ke Stanley Market, tempat yang ga jadi dikunjungi di hari kedua. Stanley Market letaknya di bagian selatan Hong Kong Island. Rekomendasi dari si mama yang sudah pernah ke sini.

Untuk menuju ke sana, kami naik MTR sampai stasiun chai wan, stasiun paling akhir di sebelah timur Hong Kong Island. Dari sana, kami berganti kendaraan menjadi sejenis angkot kecil yang kapasitasnya hanya 10 orang-an dengan tarif flat. Kendaraan ini agak beda dengan bus-bus yang sudah pernah kami naiki di sini. Selain ukurannya yang kecil, si 'angkot' ini juga kayaknya bisa berenti dimana-mana dan orang harus mencegatnya di jalan. Bedanya, kalau sudah penuh, pak supirnya tidak mau berhenti, ga ada tuh sistem 6-4 kayak angkot di Jakarta atau 7-5 kalau di Bandung. hehe.  

Jalanan menuju Stanley Market adalah suatu hiburan tersendiri, pertama kami melewati makam orang-orang muslim lengkap dengan sebuah masjid kecil, kemudian pemandangan berganti menjadi tebing-tebing dengan pemandangan laut. Menyenangkan deh..

Setelah liat-liat sana sini, akhirnya kami harus turun. Halte tempat kami turun tidak tepat di depan Stanley Market, jarak 2 menit berjalan kaki kira-kira. Sebelum belanja, kami sempet foto-foto dulu.

Foto-foto dulu di depan pasarnya

Saya bukan ahli per-pasaran di Hong Kong, jadi saya kurang tau juga apa barang-barang di sini beda sama di tempat lain dan harganya lebih murah atau tidak. Yang jelas, ada beberapa toko yang tidak ada di tempat-tempat lainnya. Salah satunya adalah suatu toko keramik yang menjual keramik bergambar Hong Kong. Walau agak mahal tapi bagus sekali.

Selain bisa belanja, Stanley Market juga dekat dengan pantai. Bersantai sambil menikmati pantai bisa juga jadi pilihan. Namun, dibandingkan pantai di Indonesia, pantai di sini kalah bagus. Yaiyalah ya. Hehe.

Pantai dan lingkungan sekitarnya. Iya kan, masih bagusan Indonesia :p

Selesai belanja dan jalan-jalan, kami memutuskan untuk kembali ke tengah kota. Untuk pulang kami sengaja memilih kendaraan yang berbeda agar rute yang dilewati juga beda. Kami pun naik bus bertingkat di terminal yang ada di depan pasar. Kami duduk paling atas dan paling depan supaya bisa liat pemandangan.Rute pulang juga sama serunya. Melewati tebing dengan pemandangan laut, resort-resort dan apartemen yang bagus-bagus, juga bisa melihat Ocean Park dari jauh.

Duduk paling atas dan paling depan untuk 
pemandangan yang bagus dan berakhir mual

O..o.. Begitu sudah di bus saya baru ingat kalau kami juga berniat mengunjungi Murray House, objek wisata lain yang ada di dekat Stanley Market. Hahaha, next time deh ya, pikir saya menghibur diri.



Moral
- Pilih kendaraan dengan rute yang berbeda saat pergi dan pulang, karena perjalanannya adalah suatu hal seru tersendiri
- Jangan duduk di lantai atas bus tingkat kalau gampang mabuk. Jalan yang super berliku-liku bikin saya mual begitu sampai ke tengah kota dan mualnya ga ilang-ilang. :'(
- Keramik gambar Hong Kong yang dijual di sini adalah oleh-oleh yang paling bagus dari oleh-oleh lain yang kami beli setelahnya.



Selanjutnya  >> #7. Hong Kong - Museum of History
Sebelumnya >> #5. Hong Kong - Jumbo Kingdom

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...