Langsung ke konten utama

#4. Hong Kong - Ocean Park, Ancol ala HK

(My Travel Series)
_______
Rabu, 28-3-2012
Hong Kong - Singapore Trip
Day 3


Menurut jadwal yang saya buat sendiri, hari ketiga ini kami akan pergi ke Ocean Park lalu makan malam di Jumbo Restaurant.

"Ngapain kamu berenang di Hong Kong?" saya masih inget kakak saya nanya ini saat saya buat rencana perjalanan beberapa hari sebelum berangkat.
"Ocean Park-nya bukan kolam renang kayak di BSD, tapi sejenis amusement park," jawab saya.
"Tapi basah-basah gitu?"
"Ya ngga.."
Pembicaraan selesai. Tapi kakak saya entah ga menyimak atau apa, dia nanya hal yang sama lagi beberapa saat kemudian.


***
Mari menuju Ocean Park! Untuk menuju ke sana, saya dan W si partner perjalanan memilih untuk naik citybus route 629 yang langsung sampai di pintu depan Ocean Park. Untuk naik bus itu, kami harus naik MTR dulu sampai stasiun Admiralty. 

Saat berjalan dari MTR ke terminal bus, ternyata ada stand MTR yang menjual tiket Ocean Park dengan harga yang lebih murah. *saya lupa tapi berapa potongannya, yang jelas lebih murah dari harga aslinya, $280. Kami pun mampir dan beli dulu di sana, lumayan. 

Citybus ini bentuknya adalah bus tingkat, karena penuh saya dan si suami ga kedapetan duduk di atas. Haha kayak anak kecil aja. Perjalanannya ga deket, tapi juga ga jauh, dan kami pun selamat sampai tujuan.

Ocean Park terbagi menjadi dua area yang berjauhan, the water front dan the summit. The water front berisi kolam ikan semacam sea world, kebun binatang mini yang isinya panda, mainan anak-anak, dan replika kota Hong Kong tempo dulu. The summit berisi wahana-wahana ala dufan yang lebih menantang. Kedua area ini dihubungkan oleh kereta bawah tanah dan kereta gantung.

Foto sendiri-sendiri akibat males masang-masang tripod atau minta tolong orang. *Kendala pergi berdua.


The Water Front

Pemberhentian pertama adalah the grand aquarium. Seperti namanya, tempat ini adalah aquarium raksasa seperti sea world. Desain interiornya dibuat lumayan interaktif dengan permainan ruang agar pengunjung merasakan sensasi yang berbeda saat masuk. Tempat ini bikin saya inget tugas akhir saya tentang desain museum. Hehe.


Agak susah foto-foto di sini karena ga boleh pake flash.


Dari sini, kami melangkah ke Giant Panda Adventure. Tempat ini adalah tempat favorit saya dari seluruh area di Ocean Park. Saat masuk ada petugas yang megang papan bertuliskan "Silent Please" sambil menempatkan telunjuk di depan mulut, tanda menyuruh diam. Katanya, panda-panda di sini bisa stress kalau pada berisik.. Kyaa.. lucuuunyaa.

"It's so fluffy I could die!" -Agnes, despicable me

Bye-bye panda! Kami pun lalu keluar dan nonton pertujukan akrobat tidak jauh dari tempat si panda. Kalau untuk anak-anak seru kali ya pertunjukannya. (baca: kalau untuk saya biasa aja) Hehehe. 

Selesai pertunjukan saya dan W memutuskan untuk naik cable car menuju The Summit sekaligus mau cari makan di sana. Karena melewati gunung, jarak kereta gantungnya ga kelihatan dari area water front dan ternyata jauh bangeettt... :'( Di tengah-tengah gunung, kereta gantungnya sempet berhenti ga tau kenapa. Huaaa... saya super ga suka naik kerta gantung. Mendingan naik roller coaster kemana-mana. Untungnya cable car-nya jalan lagi dan kami selamat. hehehe.

The Summit
Area ini adalah area penuh adrenalin. Ga semuanya sih, tapi wahana-wahananya banyak yang lumayan menantang. Contohnya ada 3 jenis roller coaster yang ada di sana, belum lagi sejenis kicir-kicir dan beberapa jenis wahana lain yang menguji nyali. Bahkan saat ini sedang dibuat lagi satu roller coaster baru yang temanya kayak di gunung es.

Ini sebenarnya tujuan saya ke Ocean Park, I love roller coaster. Sayangnya, karena saya lagi sakit, jalan biasa aja saya mual. Akhirnya saya ga nyobain satu roller coaster pun. Hiks.

Oiya, di sini kami makan di kedai ayam goreng gitu, saya lupa apa namanya. Tapi yang jelas rasanya super duper ga enak, bahkan kentang gorengnya pun ga enak.

Kembali ke Water Front
Setelah naik beberapa wahana di the summit dan pegel jalan-jalan, kami pun memutuskan untuk balik ke area water front lalu pergi menuju tempat makan malam.

Baliknya kami memilih naik Ocean Express aka kereta bawah tanah. Bentuknya dibuat ala kapal selam, dengan layar-layar di dalam yang bikin seakan-akan kita di bawah air. Ga oke menurut saya. Hehehe. Naik Ocean Express jauh lebih cepet dari naik cable car, tapi tanpa pemandangan yang oke juga.

 Sebelum pulang foto-foto dulu di area old Hong Kong

Walau belum semua dijelajahi kami udahan saja, udah pegel kakinya. Daaahh...

Moral

- Alasan saya milih ke Ocean Park daripada Disneyland adalah menurut blog-blog yang saya baca, Disneyland lebih buat anak-anak dan Ocean park jauh lebih fun untuk orang besar. Setelah saya pulang, saya baru tau kalau Disneyland Hong Kong baru membuka area baru - toy story land, November 2011 kemarin dengan wahana-wahana yang lebih menantang. 

Ocean Park sendiri menurut saya, ga jauh beda sama Ancol. Saya jadi kurang merasa ada di luar negeri. Terlebih karena suvenirnya ga selucu suvenir dari Disneyland. Tapi kalau pengen banget lihat panda, yang emang super lucu, ga ada salahnya pergi ke Ocean Park.

-Jangan pernah beli makan ayam sesuatu yang letaknya ga jauh dari stand McD di The Summit. Rasanya ga karuan.

- Untuk informasi lebih lengkap, silahkan lihat official website-nya di sini



Selanjutnya  >> #5. Hong Kong - Jumbo Kingdom
Sebelumnya >> #3. Hong Kong - The Peak / Madame Tussaud
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...