Langsung ke konten utama

Weekend: Novotel, Tangerang

"Nginep di hotel yuk!" ajak Bi, suami saya, ketika tau ada panggung dangdut di depan komplek rumah kami. 

"Ayo!" jawab saya tanpa berpikir lama.

Rumah saya itu letaknya dibagian depan komplek. Nah, warga sekitar suka bikin panggung di jalanan. Kali ini dalam rangka pembagian hadiah lomba 17 Agustusan. Acara dangdutan baru mulai habis magrib dan selesai dini hari. Dari rumah saya itu suaranya sekencang kalau nonton persis di depan panggungnya. Plus, penontonnya pasti nutupin pintu masuk ke komplek yang artinya kalau pergi saya ga bisa masuk lagi atau saya ga bisa kemana-mana. Alasan yang tepat banget kan untuk nginep di hotel.

Bi bilang saya boleh pilih mau nginep dimana. Tentunya dengan persetujuan dia. Saya random aja pilih Novotel Tangerang. Alasannya, harganya lumayan murah dibanding hotel di Jakarta dan ada tempat main anak-anaknya. 

Seperti biasa kita pesen via agoda. Di sana semua kamar Novotel ga ada pilihan breakfast. Bi yakin kalau pasti breakfast include, yang ternyata malah kebalikannya. Semua kamar ga ada breakfast-nya. Jadi kalau plus breakfast jatohnya sama harganya sama Hotel lain di Jakarta.

Spending time with them is priceless
Ketika masuk kamar Ru (16 bulan), senang sekali. Ketawa-ketawa sambil mondar-mandir. Sementara Bi sibuk foto-foto dan merhatiin detail desainnya. Gini nih kalau bawa interior designer spesialis hotel. Saya sih cuma ribut kapan fotonya selesai jadi saya bisa tiduran di kasur. Maklum, saya mah berkutatnya sama produk IKEA jadi jarang harus perhatiin detail.


Desain kamarnya 'rapi' dan dipikirkan dengan baik
Ru the explorer. Desain pintu kamar mandinya beda dengan hotel kebanyakan.
Salah satu keunggulan hotel ini adalah karena nyambung dengan mal Tangcity yang katanya paling gaul se-tangerang. Hehehe. Ga seperti waktu nginep di R Hotel, yang menginap di sini banyak orang asing.

Kekurangannya, pelayanannya ga seramah itu. Plus ada insiden kamar kami ga bisa dibuka dan harus nunggu sekitar satu jam an untuk dibenerin. Lumayan sebel sih, karena Ru udah ngatuk tapi ga bisa masuk kamar.

Besok paginya kami berenang. Yeii! Ini kali keduanya Ru berenang. Pertama kali berenang dia kurang suka. Marah-marah karena harus pakai ban. Kali ini lebih sukses. Ru senang. Walaupun masih takut jadi harus nempel sama papanya.




Sekian acara ngungsi singkat kami. Sampai rumah panggung dangdut sudah ga kelihatan jejaknya. Alhamdulillah. Kapan-kapan nginep di hotel lagi ya.


Moral

- Hotelnya ya lumayan lah. 7 dari 10. Mungkin bisa ditingkatin lagi pelayanannya dan jangan sampe rusak pintu kamarnya.

- Sebenernya kalau untuk liburan keluarga kurang recommended sih, karena Tangerang kotanya kurang cantik. Hehe. Maaf lo warga Tangerang. Tapi kalau untuk sekedar ngungsi lumayan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...