Salah satu hal yang menarik dari acara kumpul keluarga adalah tukar menukar cerita. Ga tau memang keluarga saya agak aneh atau gimana, kadang-kadang ceritanya suka kelewat absurd. Ini salah satunya.
Cerita ini dimulai dari eyang saya (berusia 80 tahun lebih) memesan daster buatan temannya. Menurut eyang, dasternya bagus sekali, dengan gambar bunga yang dibuat custom. Karena tidak sempat bertemu temannya, eyang meminta dua buah daster pesanannya dikirim saja ke rumah om saya. Eyang sebenarnya tidak tinggal di rumah si om, tapi sering menginap di sana. Salahnya, eyang lupa bilang ke si om atau si tante tentang pesanan dasternya.
Beberapa hari kemudian, datanglah seorang pria dengan mobil agak jelek ke rumah om saya. Rumah om kebetulan cukup besar. Pria itu bertemu dengan pak satpam dan memaksa bertemu dengan si om. Pak satpam ketakutan karena kemudian pria ini menerobos masuk rumah dan memberikan kantong plastik hitam. 'Buat Bapak.' Begitu pesannya.
Si tante yang lebih dulu pulang mendapati plastik hitam itu di kamarnya. Kejadian pria pengantar bingkisan tadi sudah dia dengar dari pak satpam. Tante saya pun membuka bungkusan dan mendapati dua buah daster. Ia bingung kenapa ada kiriman daster untuk suaminya. Lagipula daster tersebut berukuran besar dan tante saya berbadan kecil.
Ia kemudian mengkonfirmasi tentang kiriman itu pada si om, yang disambut dengan kepanikan karena om pikir ini adalah salah satu bentuk guna-guna. "Jangan taro di dalem rumah!" begitu perintah si om.
Daster baru yang ditunggu-tunggu eyang uti pun kemudia dibawa keluar dan digantung di bangunan yang belum jadi tepat di depan rumah si om.
Tak lama, setelah berkonsultasi dengan temannya, om kembali menelpon ke rumah memerintahkan tante saya untuk menghanyutkan daster tersebut ke kalimalang (karena dekat rumah mereka). "Pokoknya jangan sampe nyangkut ya, harus benar-benar hanyut," demikian perintah si om yang tentu saja diikuti dengan benar oleh mas penjaga rumah mereka. Daster cantik itu pun dihanyutkan.
Esoknya, eyang saya datang untuk menginap. Dengan semangat si tante dan si om menceritakan kejadian aneh tentang kiriman daster guna-guna yang dialami mereka. Dengan muka shock eyang menanggapi "DASTERKUUUU...."
Sialnya, daster tersebut adalah daster terakhir yang dibuat teman si eyang. Temannya sudah tidak mau membuat dan berjualan lagi. Si eyang meminta mas-mas pelaku pembuangan daster untuk mencari, kali-kali dasternya nyangkut. Si mas penjaga rumah tentu saja tidak berhasil menemukannya karena sebelumnya dia telah memastikan bungkusan tersebut harus hanyut.
Sekarang, setiap lewat di dekat kalimalang eyang uti selalu bilang "Coba diliat, kali-kali ada daster eyang yang nyangkut.." hehehehehe..
***
Cerita ini dimulai dari eyang saya (berusia 80 tahun lebih) memesan daster buatan temannya. Menurut eyang, dasternya bagus sekali, dengan gambar bunga yang dibuat custom. Karena tidak sempat bertemu temannya, eyang meminta dua buah daster pesanannya dikirim saja ke rumah om saya. Eyang sebenarnya tidak tinggal di rumah si om, tapi sering menginap di sana. Salahnya, eyang lupa bilang ke si om atau si tante tentang pesanan dasternya.
Beberapa hari kemudian, datanglah seorang pria dengan mobil agak jelek ke rumah om saya. Rumah om kebetulan cukup besar. Pria itu bertemu dengan pak satpam dan memaksa bertemu dengan si om. Pak satpam ketakutan karena kemudian pria ini menerobos masuk rumah dan memberikan kantong plastik hitam. 'Buat Bapak.' Begitu pesannya.
Si tante yang lebih dulu pulang mendapati plastik hitam itu di kamarnya. Kejadian pria pengantar bingkisan tadi sudah dia dengar dari pak satpam. Tante saya pun membuka bungkusan dan mendapati dua buah daster. Ia bingung kenapa ada kiriman daster untuk suaminya. Lagipula daster tersebut berukuran besar dan tante saya berbadan kecil.
Ia kemudian mengkonfirmasi tentang kiriman itu pada si om, yang disambut dengan kepanikan karena om pikir ini adalah salah satu bentuk guna-guna. "Jangan taro di dalem rumah!" begitu perintah si om.
Daster baru yang ditunggu-tunggu eyang uti pun kemudia dibawa keluar dan digantung di bangunan yang belum jadi tepat di depan rumah si om.
Tak lama, setelah berkonsultasi dengan temannya, om kembali menelpon ke rumah memerintahkan tante saya untuk menghanyutkan daster tersebut ke kalimalang (karena dekat rumah mereka). "Pokoknya jangan sampe nyangkut ya, harus benar-benar hanyut," demikian perintah si om yang tentu saja diikuti dengan benar oleh mas penjaga rumah mereka. Daster cantik itu pun dihanyutkan.
***
Esoknya, eyang saya datang untuk menginap. Dengan semangat si tante dan si om menceritakan kejadian aneh tentang kiriman daster guna-guna yang dialami mereka. Dengan muka shock eyang menanggapi "DASTERKUUUU...."
Sialnya, daster tersebut adalah daster terakhir yang dibuat teman si eyang. Temannya sudah tidak mau membuat dan berjualan lagi. Si eyang meminta mas-mas pelaku pembuangan daster untuk mencari, kali-kali dasternya nyangkut. Si mas penjaga rumah tentu saja tidak berhasil menemukannya karena sebelumnya dia telah memastikan bungkusan tersebut harus hanyut.
Sekarang, setiap lewat di dekat kalimalang eyang uti selalu bilang "Coba diliat, kali-kali ada daster eyang yang nyangkut.." hehehehehe..
Komentar
Posting Komentar