Langsung ke konten utama

Resolusi Tahun Baru: Hidup Sehat & Berenergi

Udah lama ga nulis, jadi bingung mau cerita apa. Mumpung masih bulan Januari, mari kita mulai dengan menulis resolusi tahun baru.

Resolusi saya sebenarnya standar aja, menjadi pribadi yang lebih baik. Tapi biar lebih terarah saya mau ikutin Happiness Project nya Gretchen Rubbin, bikin resolusi dengan satu tema perbulannya. Kalau saya fokusnya bukan ke happines, tapi lebih perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Untuk resolusi 2019, saya udah curi start dari bulan Desember. Awalnya karena baca buku Atomic Habit. Buku tentang manfaat punya kebiasaan dan tips membuat kebiasaan baru. Lanjut deh dipraktekin sebelum lupa dan ternyata tipsnya beneran membantu.

Desember - Health & Energy
Lebih Sehat dan Berenergi

Dilakukan di awal karena resolusi apapun ga akan tercapai kalau saya sakit dan gampang lelah. Sekaligus persiapan karena saya dan keluarga insyaAllah mau jalan-jalan di bulan Juni. Saya dan Bi perlu banyak energi untuk bawa dua bocah travelling selama dua minggu.

Yang udah berhasil dilakukan:

1. Minum segelas air saat bangun tidur. Saya beli botol air 2.6 L untuk ditaro di kamar dan setiap malam saya bawa gelas ke kamar. Pagi-pagi tinggal minum. Ngikutin tips Dr. Hiromi Shinya, dokter spesialis endoskopi.

2. Latihan napas 4 menit pagi dan malam. Tarik napas panjang, tahan bentar, buang napas pelan-pelan. Ini saya ngarang aja sih. Mungkin kalo guru yoga bisa tau teknik dan durasi yang lebih tepat.

3. Olah raga 30 menit setiap hari. Sejak bulan Oktober saya dan keluarga setiap sabtu atau minggu jalan pagi di Ragunan. Lalu sekitar dua minggu lalu kami beli sepeda statis supaya olah raganya bisa setiap hari. Saya goesnya santai aja dan di setelan paling ringan. 30 menit sekitar 5km. Bagi saya ini pencapaian besar. Seumur hidup belum pernah rutin olah raga tiap hari.

Setelah sebulan manfaatnya lumayan terasa. Saya jadi lebih ga gampang capek dan sakit kaya dulu.

Yang ketinggalan adalah perbaikan gizi. Bulan depan mau saya tambahin dengan makan buah setiap pagi. Soalnya hari pertama di 2019 dibuka dengan saya kesulitan BAB.

__
Selanjutnya di bulan Januari fokus saya adalah spirituality. Cerita lengkapnya bulan depan ya.

Mudah-mudahan tiap bulan saya berhasil nulis di sini tentang resolusi di bulan sebelumnya, keberhasilan saya, dan apa manfaat yang saya rasakan. Wish me luck!


Moral, Tips, Trik
- Pengalaman sebulan kemarin, kalau resolusi mau terlaksana harus jelas mau apa, kapan, dan dimana. Juga harus dikondisikan untuk segampang mungkin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...