Saya sendiri sudah mengalami keduanya: jadi ibu rumah tangga dan wanita karir. Dalam empat tahun sebagai ibu, dua tahun saya bekerja dan dua tahun lagi jadi ibu rumah tangga. Mumpung waktunya sedang berimbang saya merasa ini adalah saat yang tepat untuk berbagi pengalaman. Siapa tau ada yang sedang galau mau resign atau galau ingin kembali kerja.
Saat saya bekerja anak saya satu. Di rumah saya dibantu dua asisten rumah tangga (ART). Satu untuk menjaga anak, satu lagi untuk urus rumah. Dalam dua tahun ART saya beberapa kali ganti personil tapi paling lama satu orang pulang-pergi dan satu menginap.
Saat jadi ibu rumah tangga anak saya sudah dua. Saya dibantu satu ART pulang-pergi yang tugasnya campur-campur antara urus rumah dan urus anak kalau saya lagi ada kesibukan.
Selama empat tahun ini ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pilihan yang menurut saya berlaku umum untuk semua orang. Namun ada juga yang menurut saya kelebihan tapi bagi orang lain adalah kekurangan, atau sebaliknya.
Kelebihan Atau Kekurangan
Ada dua hal yang menurut saya terasa perbedaannya tapi sifatnya sangat tergantung situasi dan kondisi masing-masing.
1. Uang
Sudah pasti kan masalah pendapatan adalah salah satu pertimbangan utama. Enaknya jadi wanita karir adalah bisa mendapatkan gaji yang stabil dan jumlahnya pasti. Namun jumlahnya belum tentu lebih banyak dari ibu rumah tangga yang punya usaha atau pekerjaan sampingan. Berkat internet kesempatan bekerja dari rumah jadi jauh lebih banyak.
Saat saya memutuskan untuk resign saya bertekad untuk bisa menghasilkan uang yang sama besarnya dengan gaji di kantor. Nyatanya keinginan itu sebenarnya agak kotradiktif dengan keinginan punya waktu lebih banyak dengan anak. Yang namanya usaha atau merintis kerja sampingan itu perlu waktu. Jadi kalau memang mau jadi ibu rumah tangga untuk punya banyak waktu sama anak, pendapatan otomatis bukan prioritas. Kalau mau mengejar pendapatan, waktu dengan anak tetap saja sedikit. Gausah sok idealis mau dua-duanya, ini sih yang mau saya bilang ke diri sendiri di masa lalu kalau bisa.
Selain itu jangan lupa kalau membandingkan pengasilan saat jadi wanita karir dan ibu rumah tangga bukan dari pendapatan kotor saja. Gaji perlu dikurangi dengan pengeluaran yang muncul karena bekerja, misalnya bayar mbak atau daycare dan ongkos transportasi. Setelah itu bagi dengan waktu yang dihabiskan untuk bekerja, termasuk waktu pulang pergi ke kantor.
Misalnya saat kerja gaji saya sembilan juta (ini ngarang ya), dikurang bayar daycare dua juta, uang transport satu juta, jadi sisanya enam juta. Setiap hari waktu di kantor sembilan jam ditambah waktu pulang pergi kantor tiga jam, total dua belas jam sehari. Dibandingkan dengan kerja freelance pendapatan rata-rata dua juta sebulan. Tapi tidak perlu bayar daycare (bisa titip ART yang ada) dan transport. Waktu kerja empat jam sehari. Artinya hanya 1/3 waktu kerja saat ke kantor. Jadi kalau gajinya dibandingkan, enam juta dan dua juta dengan 1/3 waktu kerja intinya pendapatan per jam nya sama saja.
2. Hubungan dengan Pasangan
Kerja atau tidak juga ada efeknya untuk pasangan. Bi, suami saya, lebih senang saya tidak bekerja. Menurutnya, karena saya tidak terlalu lelah dan stress jadi lebih jarang marah-marah dan mengeluh. Bi juga ga perlu cepat-cepat pulang atau ikut pusing kalau si mbak sakit. Walaupun Bi juga mengakui sejak bekerja saya jadi lebih tegas. Jadi ada bagusnya juga saya kerja.
Saya beruntung karena pendapatan Bi masih cukup untuk hidup kami walaupun saya tidak bekerja kantoran. Cukup loh ya, bukan berlebih-lebihan. Dulu ada kolega kantor saya yang ingin sekali di rumah saja namun keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan. Lagipula sudah jadi rahasia umum kalau masalah ekonomi bisa meretakan hubungan.
__
Selain dua hal di atas ada kelebihan dan kekurangan masing-masing pilihan yang dirasakan semua orang
Kelebihan Wanita Karir (dan Kekurangan Ibu Rumah Tangga)
1. Aktualisasi Diri dan Idealisme
Saya pribadi merasa wanita karir lebih diakui dari pada ibu rumah tangga. Ya ga salah juga sih, karena ga semua orang bisa diterima kerja, apalagi dengan posisi tertentu. Sementara semua orang bisa saja jadi ibu rumah tangga, mau sekolah atau tidak.
Efeknya banyak ibu rumah tangga yang merasa rendah diri. Kadang menurut orang lain biasa saja melihat IRT tapi malah IRT-nya yang keburu minder. Misalnya dengan bilang “saya hanya ibu rumah tangga”. Loh kenapa harus pakai kata hanya. Sejak jadi ibu rumah tangga saya juga pernah minder. Tapi sekarang sih udah jauh lebih jarang. Karena emang saya senang-senang aja di rumah dan menurut saya kalau ada yang merendahkan berarti orangnya kurang baik jadi jauhin aja.
Selain aktualisasi diri yang lebih penting adalah pengembangan diri. Wanita karir karena kesehariannya berkutat dengan tantangan secara pribadi bisa berkembang dengan lebih optimal dibanding IRT yang kesehariannya lebih monoton. Ditambah biasanya wanita bekerja dikelilingi orang-orang yang lebih percaya diri. Berkembang karena tantangan dan lingkungan adalah salah satu hal yang paling terasa hilang sejak saya ga bekerja.
Selain itu, saya bisa saja jadi ibu rumah tangga karena saya termasuk orang yang ga idealis. Kakak saya merasa ga akan bisa jadi ibu rumah tangga karena dia punya cita-cita memperbaiki museum di Indonesia dan akan lebih sulit tercapai kalau dia di rumah saja urus anak.
2. Sosialisasi
Senangnya jadi wanita karir adalah bisa ketemu banyak orang. Bisa ngobrol-ngobrol saat makan siang, atau bersosialisasi saat kerja. Bisa lebih update juga tentang info-info terkini.
Jadi ibu rumah tangga itu sepi. Perlu usaha lebih kalau mau bersosialisasi. Misalnya harus janjian dulu kalau mau ketemu teman, atau harus aktif di sekolah anak, dan sebagainya. Bisa sih ngobrol online tapi rasanya kurang real. Fear of missing out (FOMO) jadi sering menyerang juga.
Tentang bersosialisasi sebagai IRT memang masih jadi tantangan buat saya. Saya sendiri orangnya ambivert, gabungan introvert dan ekstrovert. Jadi sebenarnya kadang seneng juga sendirian, tapi kadang kesepian.
3. Benefit Kantor
Satu kelebihan bekerja adalah benefit dari kantor. Memang benefit kantor beda-beda tiap perusahaan. Dulu saya beruntung bisa dapat asuransi kesehatan untuk satu keluarga (karena kantor suami tidak memberikan asuransi kesehatan keluarga), reimburse untuk rawat jalan, tunjangan pensiun, dan diskon belanja. Saat ga bekerja semua hal ini harus dibayar dengan uang pribadi.
Kelebihan Ibu Rumah Tangga (dan Kekurangan Wanita Karir)
1. Waktu
Ibu rumah tangga punya banyak waktu bebas untuk bersama anak-anak dan untuk melakukan banyak hal lainnya. Berhubung waktu semua manusia terbatas jadi ini adalah kelebihan yang paling penting.
Saat saya bekerja saya hanya punya waktu untuk anak saat akhir pekan dan sekitar 2-3 jam perhari di hari kerja (selebihnya Ru, anak saya, tidur). Kabar baiknya, saya jadi lebih menghargai waktu dan setiap waktu bersama Ru adalah waktu berkualitas. Saya fokus hanya main sama Ru, ga mikirin kerjaan dan tidak sambil melakukan hal lain.
Kabar buruknya, di luar waktu tersebut saya tidak bisa mengawasi anak. Jadi harus banyak-banyak berdoa semoga pengasuhnya merawat dan memberi contoh yang baik.
Yang paling menyenangkan saat menjadi ibu rumah tangga adalah saya bisa melihat proses perkembangan anak, dari tidak bisa jadi bisa. Misalnya melihat Haha, anak saya, setiap hari berusaha berguling sampai akhirnya bisa. Saya ga masalah tidak melihat momen pertama anak, tapi melihat usaha mereka sampai akhirnya bisa ternyata tidak ternilai harganya.
Jujur, saat jadi IRT kadang saya kurang menghargai waktu bersama anak-anak. Sebagian besar karena saya masih bingung dengan pembagian waktu di rumah. Namun sejak saya menerapkan sistem ‘time slot’ dibanding ‘to do list’ (kapan-kapan saya bahas lebih rinci) saya merasa waktu saya dengan Ru dan Haha lebih berkualitas. Saya juga jadi punya waktu untuk melakukan hobi dan mencoba berbagai hal, sesuatu yang ga bisa saya lakukan saat kerja.
2. Kontrol Pendidikan Anak
Ini sebenarnya masih ada hubungannya dengan waktu. Dengan punya waktu semua pendidikan anak jadi lebih terkontrol, terutama masalah nilai-nilai (value). Setujukan kalau anak-anak adalah pemerhati dan pengikut nomer satu. Jadi mereka sangat terpengaruh dengan orang yang banyak menghabiskan waktu bersama mereka.
Pengasuh Ru sebenarnya baik-baik saja, namun ada beberapa hal yang kurang sesuai dengan value saya. Misalnya si mbak kadang suka berbohong kecil untuk membuat Ru berhenti menangis. “cup cup jangan nangis nanti dibeliin es krim”, padahal ya ga akan dibeliin es krim. Walaupun kesannya sepele tapi hal seperti itu sebenarnya mengajarkan anak untuk ga papa berbohong dan membuat anak jadi tidak percaya ucapan orang.
Dulu, ini salah satu pertimbangan saya saat memilih resign. Ru waktu itu sudah cukup kritis dan nanya-nanya banyak hal, kalau saya kerja saya ga tau si mbak akan ajarin dia apa.
3. Minim Ketergantungan dengan Orang Lain
Saat saya kerja, saya sering dipusingkan oleh ART. Macam-macam masalahnya, dari mendadak sakit sampai berhenti kerja. Kadang kerjanya ga benar dan banyak tingkah tapi kalau ditegur nanti ga betah dan saya kelimpungan. Sejak jadi ibu rumah tangga bala bantuan bukan lagi kebutuhan primer. Saya ga perlu pakai jatah cuti kalau si mbak mendadak sakit. Saya juga ga perlu pusing nyari mbak pengganti sambil jungkir balik urus rumah sambil kerja saat salah satu ART keluar. Hidup jadi lebih sederhana dan ga banyak drama.
__
Sekian kelebihan dan kekurangan yang saya rasakan. Terserah mau jadi wanita karir atau mau jadi ibu rumah tangga, yang penting jangan menganggap pilihan lain lebih buruk. Jadi ibu itu adalah peran yang sulit, gausah lah dipersulit dengan harus jelasin pilihan kita ke orang lain. Thanks for reading!
Moral, Tips, Trik
- Tidak ada yang lebih baik antara ibu rumah tangga atau wanita karir. Semuanya tergantung situasi, kondisi, dan prioritas setiap orang.
Komentar
Posting Komentar