Langsung ke konten utama

Jalan.Jalan.Sore

Saya kangen jalan kaki. Berhubung saya butuh beli notes dan majalah, jadi saya pun memutuskan untuk jalan kaki ke mal terdekat yakni Cinere Mal. Saya ga tau jaraknya berapa persisnya kalo dari rumah saya, cuma kalo naik mobil kira-kira 5-7 menit. Tas, ipod, dompet, payung, yak semua siap. Ayo berangkat! (kesannya mau berkelana ke negeri antah berantah)

Saya menikmati jalan-jalan sore solo kali ini. Meskipun sudah lebih dari 19 tahun tinggal di sini saya belum pernah sekalipun jalan kaki ke Cinere Mal. Hmm, ternyata menyenangkan juga lewat jalan yang biasa dilewati tapi dengan kecepatan yang jauh lebih lambat. Banyak detail yang bisa diamati yang biasanya dilewati begitu saja. Dan cuaca sore Jakarta ternyata tidak seburuk yang dikira.

Akhirnya sampai juga, dengan sedikit keringat akibat jarang olah raga. Ke gramedia. Beli ini itu, lalu pulang.

Pulangnya saya gak jalan kaki, karena keburu malem. 

'Ih iseng banget si, jalan kaki ke Cinere Mal' 'ih kan jauuh' Komentar keluarga saya begitu saya cerita. hehe, mungkin emang iseng dan agak jauh, cuma seru juga melakukan hal yang biasanya ga dilakukan. :)




Komentar

  1. gokil petualang abis! gw jadi inget jaman2 masih bocah jalan kaki / naek sepeda ke cimol...

    btw, blog lo keren! hehehe

    BalasHapus
  2. hahaha.. tengkyu.. ah gw blm2 juga ni wawancarain elo. hehe..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Restoran Kluwih Sunda Authentic, Bogor

Kalau kebanyakan orang ke restoran karena ingin makanannya, saya dan Bi ke Kluwih karena ingin lihat desainnya. Sebab restoran ini adalah salah satu finalis Himpunan Desain Interior Indonesia (HDII) Award 2017. Sebenarnya pemenangnya, Lemongrass, juga berlokasi di Bogor, namun jaraknya lebih jauh dari hotel tempat kami menginap, Ibis-style Bogor . Kami sengaja datang ke sini untuk makan malam supaya lampu-lampunya menyala. Asumsinya rumah makan sunda ini lebih bagus di waktu malam.

Beli Buku Impor Tanpa Ongkos Kirim

'Selamat Tahun Baru!' Walau sudah kelewat lebih dari dua minggu, tapi ini tulisan pertama saya di tahun ini. Jadi gapapa ya telat.  Mari mengawali tahun ini dengan senang hati. Saya memang lagi senang karena buku pesanan saya via online akhirnya datang juga. Biasanya saya beli buku impor di toko buku seperti Aksara dan teman-temannya. Tapi kadang, buku yang saya pengen ga ada dimana-mana. Mau beli di Amazon juga ga ngerti caranya, takutnya malah mahal kena pajak dan lain-lain. Sekitar dua tahun lalu, teman kerja saya waktu itu pernah cerita tentang hobinya beli buku online. "Kalau gw sering belinya di Book Depository, di sana gratis ongkos kirim ke seluruh dunia." "Woow," pikir saya waktu itu, tapi entah kenapa belum-belum juga nyoba beli di sana.  Desember kemarin, setelah ga berhasil menemukan buku yang saya mau di toko buku, saya akhirnya memutuskan untuk mencoba Book Depository. Cara pesannya super gampang. Tinggal buat  account , terus pi...

Perlukah Insisi Tongue Tie

Ru sudah bukan bayi lagi, tapi pengalaman menjadi ibu baru dan mengurus bayi sangat membekas bagi saya. Itulah mengapa sekali-kali saya bercerita cerita lampau di sini. Siapa tahu ada ibu baru yang mengalami hal serupa dan bisa belajar dari pengalaman saya. Salah satunya adalah tentang tongue tie , salah satu hal yang sempat ditanyakan beberapa teman saya paska melahirkan. Hampir tiga tahun lalu Ru lahir di Rumah Sakit Puri Cinere. Rumah sakit ini pro ASI. Setelah melahirkan, saya dan Ru tidak hanya dikunjungi oleh dokter kandungan dan dokter anak, tapi juga dokter laktasi. Dokter spesialis menyusui datang dan memeriksa apakah cara menyusu bayi sudah benar dan adakah masalah dalam menyusui. Juga mengajarkan posisi menyusui yang benar. Benar-benar membantu karena menyusui itu ternyata tidak semudah kelihatannya. Beberapa hari setelah Ru lahir puting payudara saya lecet (maaf agak vulgar). Menurut dokter laktasi, setelah memeriksa mulut Ru, hal itu disebabkan Ru mengalami tongue ti...